PENDIDIKAN SEKS DAN PERMASALAHANNYA

_DSC2632_resizePerilaku seks remaja di era sekarang sudah sedemikan parahnya mungkin timbul lagi sebuah pertanyaan yang sudah lama menjadi kontrofersi yakni apakah perlu pendidikan seks itu, bahkan di era informasi yang berkembang cepat dan semakin menggerus garis budaya, batas antar Negara, hubungan bermasyarakat yang semakin berubah dengan hadirnya media sosial sampai cara bersosialisasi yang cenderung terbuka dan tidak terkontrol.

Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan dijelaskan sehubungan dengan permasalahan pendidikan seks :

  1. Apakah hal-hal yang bersangkutan dengan seks itu merupakan sesuatu yang tabu atau terlarang untuk dibicarakan terutama dengan pihak yang bersangkutan? Untuk jawaban dari pertanyaan ini adalah “tidak tabu” alasannya yang bersangkutan akan melakukan perlaku seks dalam berbagai variasi bentuknya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Asusmsinya adalah perilaku akan kurang beresiko menyimpang , jika perilaku itu didasari oleh pengetahuan, pengertian dan kesadaran. Pengetahuan, pengertian dan kesadaran ini tidak dating dengan sendirinya, tetapi merupakan sesuatu yang harus diupayakan
  2. Apakah perlu pendidikan seks dilakukan bagi anak-anak dan remaja? Jawaban dari pertanyaan ini adalah “Perlu dilakukan” karena seks adalah insting pada binatang, yaitu sesuatu kemampuan yang tidak perlu diajarkan secara khusus. Pada manusia, seks merupakan dorongan dasar atau motiv. Pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan menjadikan manusia menjadi manusia, ya manusia biologis, manusia sosial, manusia berbudaya, manusia berTuhan (agamis). Manifestasi motiv itu diarahkan, dibimbing, dibatasi oleh kaidah, aturan, nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat dimana individu itu hidup. Membudayakan manifestasi motif seks itu melalui pendidikan. Tujuan pendidikan seks itu adalah agar supaya individu mempunyai kemampuan mengendalikan diri dalam perilaku seksual (sexual self control). Pusat kendali adalah diri individu dengan acuan nilai-nilai kesehatan, dan nilai-nilai budaya. Inilah perbedaan antara aktualisasi insting pada binatang dan manifestasi motif seks pada manusia yang berbudaya. Sebagai catatan, pengertian yang lebih luas mengenai seks adalah bahwa pengertian seks merupakan suatu kontinum, yaitu mulai dari rasa tertarik yang mendekatkan satu jenis kelamin dengan jenis kelamin lainnya sampai manifestasi rasa tertarik itu dalam tingkah laku
  3. Siapakah pendidik yang paling efektif untuk melaksanakan pendidikan seks itu ? apakah orang tua anak-anak itu sendiri, guru disekolah, pendidik lainnya di masyarakat? Jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini adalah Orang tua, terutama ibu sendiri. Pendidikan yang efekif adalah pendidikan yang berlangsung dalam suatu hubungan antar pribadi yang diliputi oleh ikatan emosional, kepercayaan, kasih saying, kewibawaan, ketulusan. Kondisi hubungan antara anak dan orang tuanya sendiri terutama dengan ibunya, dan sukar ditemukan sedemikian lengkapnya pada hubungan-hubungan yang lain, misalnya dengan guru disekolah atau pendidik lainnya di masyarakat. Perlu dibedaan pula antara pengetahuan seks dan pendidikan seks. Pengetahuan seks memuat secara obyektif tentang gejala atau proses perkembangan seks (seperti yang terdapat pada uraian pelajaran Biologi) yang sama sekali tidak terkait dengan nilai-nilai. Pengetahuan seks dapat diberikan oleh siapapun asal yang bersangkutan memahami dasar-dasar biologi seks. Pendidikan seks lebih menekankan pada penanaman nilai-nilai pada manifestasi perilaku seks. Yang menanamkan nilai-nilai seks ini yang paling efektif adalah orang tuanya sendiri terutama ibunya karena yang dapat memenuh kondisi-kondisi hubungan pendidikan yang diperlukan
  1. Kapan pendidikan seks dilakukan, pendidikan seks jangan menunggu sampai remaja itu membicarakan tentang seks. Berikan penjelasan atau membahas bersama dengan remaja sebelum mereka mengalami gejala-gejala perkembangan seksual. Misalnya membicarakan dengan anak gadis tentang ovulasi, menstruasi, pertumbuhan buah dada, dan sebagainya sekitar usia 10 tahun, dan serupa dengan laki-laki membicarakan tentang pertumbuhan rambut, perubahan suara, mimpi basah, dsb sebelum hal itu terjadi pada dirinya. Alasan dari mengapa hal itu harus dilakukan karena dengan mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai sesuatu yang bakal terjadi pada dirinya akan banyak membantu yang bersangkutan menghadapi kejadian pada dirinya dengan lebih tepat
  2. Bagaimana pendidikan seks itu dilakukan? Apakah harus diperlukan secara khusus ataukah secara wajar? Pendidikan seks perlu dilakukan secara wajar karena manifestasi adalah gejala atau tingkah laku normal pada setiap individu yang normal. Hal-hal yang bersangkutan dengan seks adalah bukan sesuatu yang sifatnya rahasia, tertutup, atau tabu. Karena itu juga harus diperlakukan secara wajar pula. Pendidikan seks tidak harus selalu merupakan suatu urusan luar biasa, misalnya orang tua mengajak anak sendirian masuk dalam satu kamar dengan suasana yang hening, orang tua memulai pembicaraan dengan “hei anakku, ada sesuat yang sangat penting untuk kita bicarakan bersama”pendidikan seks dapat dilangsungkan dalam ruang duduk atau meja makan, dan dengan menggunakan papan loncat pembicaraan, misalnya peristiwa –peristiwa yang bersangkutan dengan seks seperti yang dilihat bersama di TV, di majalah, atau surat kabar, atau internet, atau berita yang diceritakan oleh anaknya sendiri mengenai kejadian seks ygn dialami temannya. Pendek kata banyak hal yang dapat dijadikan papan loncat untuk pembicaraan dalam pendidikan seks dengan cara yang sama wajarnya seperti anda membicarakan hal lain yang menjadi pusat perhatian dan kegemaran anda. Sehubungan dengan hal ini maka orang tua harus menguasai teknik dan pengertian pendidikan seks sebelum mereka melakukan pendidikan seks bagi putra putrinya

PENGUMUMAN SNMPTN 2014 SMAN 1 SINGGAHAN TUBAN

Gambar

No. No. Pendaftaran Nama Siswa Jurusan/Kelas PTN Program Studi
1 4140507791 CICI TRIE GURITA ANDRIANA IPS/12 IPS 1 UNIVERSITAS AIRLANGGA ANTROPOLOGI SOSIAL
2 4140479740 GUSTIN LAILATUL FITRIA IPS/12 IPS 1 UNIVERSITAS AIRLANGGA ANTROPOLOGI SOSIAL
3 4140068762 FITRIA PEBRIANI IPA/12 IPA 1 UNIVERSITAS AIRLANGGA KIMIA
4 4140381023 AMRIYANA LISTA NUGRAHA IPA/12 IPA 1 UNIVERSITAS AIRLANGGA SASTRA INDONESIA
5 4140335930 DEVITA RIF’ATUL KHOIRIYAH IPA/12 IPA 1 UNIVERSITAS AIRLANGGA SASTRA INDONESIA
6 4140480817 DESY INDRIA NINGSIH IPS/12 IPS 1 UNIVERSITAS AIRLANGGA SASTRA INDONESIA
7 4140051062 SONNI SENNA DIMAS AIRLANGGA IPA/12 IPA 1 UNIVERSITAS BRAWIJAYA AGROEKOTEKNOLOGI
8 4140129981 ARGA PURWA NUGRAHA IPS/12 IPS 2 UNIVERSITAS BRAWIJAYA ILMU HUKUM
9 4140452358 ALFIAN KHOIRUL NUROKHIM IPA/12 IPA 1 UNIVERSITAS BRAWIJAYA TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
10 4140492281 HARSIPAH IPA/12 IPA 2 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PENDIDIKAN FISIKA
11 4140456724 NUR RIKA WIJI ASTUTIK IPA/12 IPA 1 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PENDIDIKAN SENI RUPA
12 4140507344 TIKMANTO IPA/12 IPA 2 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
13 4140431828 LULUK ATUL BADRIYAH IPA/12 IPA 2 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA P. BAHASA JEPANG
14 4140164113 PUPUT SITI FATIMAH IPA/12 IPA 1 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI
15 4140394556 SUYANTI IPA/12 IPA 1 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TEKNIK ELEKTRO
16 4140431183 DWI NEVIA FEBRIANI IPA/12 IPA 2 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TEKNIK MESIN

 

SISWA YANG DITERIMA SNMPTN 2015

 

1. 4150565051 ABDUL QODIR IRHAMULLAH IPS/XII IPS 2 2014-2015 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SENI RUPA MURNI
2. 4150441902 ANGGI YUMA RISKHA IPS/XII IPS 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA P. SENI RUPA
3. 4150210638 AYU SUNARDI AJI PUTRI IPS/XII IPS 1 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
4. 4150126109 DEAVY WULANDARI PUTRY IPS/XII IPS 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. ADM. PERKANTORAN
5. 4150090191 DEWI ANJAR PRATIWI IPA/XII IPA 1 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TEKNIK MESIN
6. 4150124819 DIANA AYU SULISTIAWATI IPA/XII IPA 1 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PENDIDIKAN SENI RUPA
7. 4150407766 ENI FITRIA IPA/XII IPA 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
8. 4150347269 GITA EKA ARISKA IPS/XII IPS 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA P. BAHASA JEPANG
9. 4150090520 HADI PRANOTO IPA/XII IPA 1 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
10. 4150111340 LIA DWI NURWULANSARI IPA/XII IPA 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA P. BAHASA DAERAH (JAWA)
11. 4150463513 MIFTAHUL JANNAH IPA/XII IPA 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
12. 4150089239 MILAHUSSHOLIHAH IPA/XII IPA 1 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TEKNIK SIPIL
13. 4150209830 MOHKAMAT DIDIK SUTIKNO IPA/XII IPA 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
14. 4150211086 NUR AFIKHAH IPA/XII IPA 1 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TEKNIK ELEKTRO
15. 4150089733 PUTRI ROCHMATULLAILI IPA/XII IPA 1 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TEKNIK SIPIL
16. 4150345356 SILVIA EKA DIAH ANANDA IPS/XII IPS 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA P. BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
17. 4150073992 SITI ZUMAROH IPA/XII IPA 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
18. 4150076365 SRIVIDA YULIANTI IPS/XII IPS 1 2014-2015 UNIVERSITAS AIRLANGGA ANTROPOLOGI SOSIAL
19. 4150073545 TISATUN NIKMAH AMBARYATI IPA/XII IPA 2 2014-2015 UNIVERSITAS AIRLANGGA SASTRA INDONESIA
20. 4150148825 YAYUK YULI KURNIA IPA/XII IPA 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. TEKNIK ELEKTRO
21. 4150151255 YUNI SRI UMININGSIH IPA/XII IPA 2 2014-2015 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. FISIKA
22 MILAHUSSHOLIHAH POLTEK NEGERI SURABAYA TEKNIK INDUSTRI
23 TISATUN NIKMAH AMBARYATI POLTEK NEGERI JEMBER GIZI KLINIS
24 LIA DWI NURWULANSARI POLTEK NEGERI JEMBER GIZI KLINIS

 

HASIL SELEKSI SNMPTN 2013

Hasil Seleksi SNMPTN 2013

No. Pendaftaran Nama Siswa Jurusan/Kelas PTN Program Studi
1. 4130235356 A’AN EKA BUDHI HARTA IPS/XII IPS 1 2012/2013 UNIVERSITAS AIRLANGGA SASTRA INDONESIA
2. 4130345061 AHMAD ADHAN SHOFARI B. IPA/XII IPA 2 2012/2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TEKNIK ELEKTRO
3. 4130216964 AHMAD ROFI’UDIN IPA/XII IPA 1 2012/2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA TEKNIK MESIN
4. 4130232558 DILLY IMTAQ SULISTYONO IPS/XII IPS 2 2012/2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. AKUNTANSI
5. 4130231985 FAHRIZAL ABDULLAH IPA/XII IPA 2 2012/2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA AGRIBISNIS
6. 4130188813 LATIFATUL FATIMAH IPS/XII IPS 1 2012/2013 UNIVERSITAS AIRLANGGA ANTROPOLOGI SOSIAL
7. 4130165498 NIKEN PRAMUDITA SARI IPA/XII IPA 2 2012/2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TEKNIK ELEKTRO
8. 4130165981 NINA HIMAWATI IPA/XII IPA 2 2012/2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. TEKNIK MESIN
9. 4130198622 NUR ALI IPA/XII IPA 1 2012/2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. TEKNIK BANGUNAN
10. 4130284929 RONI PRIA SANTOSA IPA/XII IPA 1 2012/2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA PETERNAKAN
11. 4130219851 SITI WAHYUNINGSIH IPA/XII IPA 2 2012/2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
12. 4130228015 SLAMET RIADI IPS/XII IPS 1 2012/2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. TATA BOGA
13. 4130213870 TITIN YUNIATI IPS/XII IPS 1 2012/2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA P. GEOGRAFI
14. 4130345070 TRIA ARI PUSPITARINI IPA/XII IPA 2 2012/2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA AGROEKOTEKNOLOGI
15. 4130182072 ZAHROTUL ABIDAH IPA/XII IPA 2 2012/2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PEND. AKUNTANSI

PENDIDIKAN PROFESIONAL

singgahan model
Keberadaan generasi muda di Indonesia demikian memprihatinkan, kekerasan, anarkis, keterlibatan narkoba, sex diluar nikah, yang membuat miris adalah hal-hal yang tersebut dilakukan oleh pemuda-pemuda tunas bangsa, harapan masa depan Indonesia, mereka adalah insan yang terdidik secara moral melalui pendidikan keluarga masyarakat, maupun mainstream pendidikan formal, maupun informal dan nonformal, yang jadi pemikiran adalah mengapa hal-hal yang semestinya dapat dikendalikan dengan fikiran dan akhlak yang pantas sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, karena memang mereka dikondisikan harus berperilaku baik, berguna dan bermanfaat secara positif bagi masyarakat bahkan negara untuk menunjang pembangunan nasional atau sebagai sumber daya manusia masa depan bangsa, tak pelak hal ini menimbulkan tamparan yang keras terhadap dunia pendidikan di Indonesia, sebuah ironi dimana Indonesia termasuk negara dengan penduduk terbesar beragama Islam, dengan tidak mengesampingkan umat beragama lain, dimana antar umat beragama di Indonesia sudah mendapatkan pujian yang entah berapa kali diberikan dari negara asing, sepantasnyalah dengan kondisi demikian Indonesia sangat respect dengan pendidikan budi pekerti, pendidikan akhak, pendidikan yang bermuara pada hati nurani manusia itu sendiri, tetapi ini tampaknya menjadi tugas yang tidak mudah bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia bagi masa depan bangsa.
Dalam dunia pendidikan ditinjau dari kebutuhan untuk membuat kurikulum yang diberlakukan kepada anak didik mempunyai dua pendekatan, yang pertama adalah mass approach dan individual approach, dimana mass approach berdasarkan pada permintaan pasar, kebutuhan dan kebijakan politis suatu negara, dimana hal ini punya nilai positif dan negative, dimana positifnya dapat terkontrol dan dikelola dengan mudah, penyediaan sekolah yang sederhana dapat diperuntukkan bagi semua orang dengan berbagai kondisi dan budaya, pengadaptasian nilai-nilai baru pengajaran yang bisa ditransfer secara dinamis, bebas, dan sesuai bagi semua siswa, memungkinkan untuk menghasilkan output yang siap pakai dalam jumlah yang relative banyak, dan untuk segi negatifnya adalah anak didik tidak diberlakukan sebagai subyek yang punya potensi, memenjarakan ruang gerak siswa yang punya sifat dan jiwa yang tidak mudah untuk menerima peraturan-peraturan yang mengekang dirinya, seringkali pembuat kebijakan dalam hal ini kurikulum lebih memaksakan dirinya untuk diikuti segala perintahnya, pendekatan yang searah dimana muara pendidikan adalah dari atas kebawah, sehingga seringkali hal-hal yang sifatnya tidak ilmiah terkesan dipaksakan se-ilmiah mungkin sehingga hal yang tak mungkin menjadi ilmiah, karena kurikulum bukan berdasar pada kebutuhan mendasar dari subyek didik yang berada di arus bawah, arus bawah boleh melakukan penelitian tapi hasilnya ya dipergunakan cukup untuk arus bawah tersebut, guru lebih banyak memberikan apa yang seharusnya dibutuhkan siswa dalam pendekatan ini, karena tugasnya sebatas sebagai pengajar, guru boleh membuat sebuah penelitian tapi sebatas untuk metode pengembangan agar semua materi terserap siswa, entah itu dibutuhkan atau tidak yang penting mampu diserap siswa, dan siswapun dalam pendekatan ini sebagai insan pembelajar, tetapi juga dituntut untuk menjadi pembelajar semua hal yang diberikan guru, sedangkan penilaian dalam pendekatan ini bermuara pada kebutuhan secara umum yang dipatok dalam standar nilai tertentu dan kemampuan tertentu.
Kalau individual approach, disini muara kurikulum yang disajikan lebih memihak pada anak didik, memilah potensi anak didik, mengelompokkan potensi anak didik, menyesuaikan kebutuhan anak didik, memberi ruang yang luas bagi anak didik untuk mengembangkan “satu” atau “beberapa” potensi yang bisa ia manfaatkan untuk kepentingan dirinya dan masyarakat sekitarnya, disini siswa sebagai anak didik mampu memilah apa saja yang harus dia pelajari, apa saja yang harus dia persiapkan untuk masa depan, dia mampu bertanya pada dirinya, dia menjadi terbiasa berfikir ilmiah, karena dia dibiasakan melihat apa yang ada disekitarnya, membaca apa yang dia perlukan, menganalisa kebutuhan diri dan lingkungannya, pada pendekatan ini sekolah menjadi tempat mengurai bakat dan potensi yang dia punya, sekaligus mempersempit hal-hal yang dia tidak suka, sehingga kemampuan dari anak didik benar-benar tumbuh sesuai dengan apa yang diinginkan siswa, kurikulum yang lebih ramping dimana yang diajarkan hanya spek-aspek yang menjadi dasar siswa untuk berfikir dan berbuat bagi masa depannya kelak, tapi pendekatan individual inipun tak luput dari aspek-aspek negatif, dimana butuh waktu yang mendalam untuk mempelajari kebutuhan pesrta didik dan calon peserta didik, penelitian yang perlu melibatkan bukan hanya guru sebagai ujung tombak pendidikan, kesesuaian sarana dan prasarana sekolah yang bisa saja berubah dari waktu ke waktu dimana ini pun menimbulkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi kebutuhan guru yang juga turut berubah sesuai dengan kebutuhan siswa, pengelolaan yang sangat sulit untuk melayani semua kebutuhan siswa. Penilaian untuk pendekatan ini adalah bagaimana siswa mampu mengembangkan potensi dirinya berupa kemampuan yang seusai dengan dirinya, keahlian yang sesuai dengan dirinya, meski kadang diluar selera pasar tenaga kerja, sebab yang terpenting dari pendekatan ini adalah pemenuhan kebutuhan siswa untuk mengembangkan keahlian dan kemampuan yang sesuai dengan dirinya, disini juga merupakan kelemahan sekaligus kelebihan pendekatan ini dimana anak akan terpenuhi kebutuhannya, sedangkan kelemahannya sekolah harus meneliti mencari menganalisa kebutuhan siswa tanpa menghiraukan apakah kemampuan anak dibutuhkan di masyarakat atau tidak.
Salah satu hal yang bisa mereduksi sikap sikap yang tidak terpuji dari para pelajar dan mahasiswa adalah terpenuhinya rasa aman, terpenuhinya sikap dihargai sebagai manusia seutuhnya, hal ini dapat ditimbulkan dengan pendekatan individual (individual Approach) berusaha untuk menghargai mereka, menghargai potensi-potensi mereka, memberi kesempatan mereka untuk berkembang akan menyebabkan mereka tidak sempat berfikir pada hal-hal yang negatif dan menyimpang dimata orang lain.
Dan yang menjadi pokok persoalan adalah belum adanya mata pelajaran ataupun mata kuliah yang mengajarkan bagaimana membentuk visi, kemandirian, bagaimana mencari makna, integritas, toleransi, bagaimana membentuk keyakinan diri, sportifitas, mampu berfikir positif, mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mampu bekerja sama, berkomunikasi, bertoleransi, mampu membedakan kepentingan umum dan kepentingan sosial, yang sangat dibutuhkan oleh para pencari kerja dan pencipta peluang kerja dan ini adalah kebutuhan dasar dari seorang professional, dimana dia mampu dan bertanggung jawab penuh dan bersedia menjamin seluruh hidupnya hanya dengan berbekal selembar ijazah yang dia peroleh. Tetapi untuk mengajarkan itu semua butuh sebuah proses bukan cuma sebuah teori yang kemudian harus dipelajari dan difahami, agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan seorang professional, butuh juga pendampingan dari semua pihak bukan hanya guru, sekolah dan pemerintah yang membuat produk kurikulum, pendampingan ini merupakan segala hal yang berada diluar area pendidikan, yaitu masyarakat non pendidikan, media massa elektronik maupun non elektronik, pihak pengusaha dan penyedia jasa yang merupakan konsumen dari output pendidikan, juga pihak penguasa.
Pendampingan disini berupa memberikan kebebasan kepada generasi muda untuk menjadi insan pembelajar, perlu dibahas dulu bahwa kebebasan bukanlah semau gue seenaknya sendiri, kebebasan adalah memberi ruang pada orang lain untuk berkembang dan berpendapat, dan satu hal yang selalu dilupakan bahwa kebebasan mengharuskan kita untuk menerima pendapat orang lain bagaimanapun kecilnya suara pendapat itu, mempertimbangkan kemudian mengkomunikasikannya lagi dalam forum musyawarah. Dari makna diatas maka penguasa atau pemerintah, masyarakat non pendidikan, media massa, pengusaha dan penyedia jasa, harus turut serta menyeimbangkan konsep pendidikan, bekerja sama membentuk masyarakat pembelajar,
Pengusaha dapat turut andil dalam menentukan profesi apa yang diperlukan dan profesi apa yang tidak diperlukan, sehingga bisa juga pihak pengusaha menentukan jurusan ini sudah tidak diperlukan karena terlalu banya disediakan oleh sekolah atau perguruan tinggi dan tidak terserap dunia kerja, jurusan ini harus disediakan karena dibutuhkan dunia kerja, jurusan ini harus setingkat S2 bukan diajarkan ditingkat S1 misalnya, jurusan ini harus diberi ketrampilan ini dan itu, pendidikan di tingkat SLTA harus begini.
Pihak masyarakat non pendidikan sebagai orang awam yang berharap dalam dunia pendidikan untuk mengentaskan mereka dari jurang kebodohan bahkan kemiskinan juga perlu atas pemenuhan hak-hak mereka sesuai dengan UUD 45 dimana pendidikan diperuntukkan oleh semua warga Indonesia tanpa terkecuali, mereka wajib menuntut bila pendidikan yang mereka dapat tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, tuntutan mereka seringkali kepada pihak sekolah atau pihak penguasa. Masyarakat disini berfungsi sebagai kontrol terhadap dunia pendidikan jika masyarakat merasakan ketidak adilan akan pemenuhan perkembangan anaknya mereka wajib dilindungi dan pemerintah wajib pula memperhatikan dan mempertimbangkan bahkan sekecil apapun keluhan mereka, sesuai dengan makna dari kebebasan diatas. Bisa juga pihak masyarakat yang mampu dan kurang puas dengan mainstream pendidikan, mendirikan lembaga pendidikan yang dirasa mampu menutupi kekurangan dari sekolah-sekolah yang sudah ada, membentuk system yang lebih modern dan lebih fleksibel sesuai dengan kondisi anak didik.
Media massa, media massa sebetulnya merupakan tonggak utama pendidikan selain lembaga pendidikan, karena anak didik lebih banyak berhubungan dengan media massa dari pada sekolah di kesehariannya, dimana sekarang eranya sudah era informasi, media harus berupaya membuat berita dan tayangan yang mendidik, terutama media elektronik, karena kebanyakan media elektronik menuruti selera pasar, dengan dalih pemenuhan rating yang tinggi, sudah semestinya pandangan ini dirubah, karena pada masyarakat yang modern tayangan yang menghibur tidaklah cukup, tayangan harus pula mendidik, ini perlunya kesadaran dan kreatifitas dari media, keberanian dari media sendiri. Sebagai contoh kita mampu menumbuhkan industri perbukuan dengan memberi kesempatan luas kepada penulis-penulis muda, kita mampu menumbuhkan industri musik dengan member ruang yang luas bagi penyanyi dan musikus muda untuk berkarya, dan hasilnya tidak kalah dari karya tulis dan penyanyi asing, Industri film sudah bergeliat bangun meski ada beberapa sineas yang secara picik mengotori dengan dalih pembenaran karyanya tentunya, sayangnya banyak tayangan yang mendidik pada media elektronik televisi justru diputar bukan pada jam yang masuk kategori prime time
Akhirnya disini penguasa atau pemerintah yang membuat dan memberlakukan kurikulum, selama ini kurikulum dibuat dari atas, disahkan oleh mentri kemudian di floorkan kebawah, agaknya yang perlu kita renungkan adalah sistem militer yang harus kita adopsi dalam rangka membasmi penjajah kita yang menjajah lebih dari 350 tahun ditambah 45 tahun yaitu kebodohan dan kemiskinan. Layaknya seorang jendral berbintang empat yang ingin memenangkan peperangan, mestinya yang harus dilakukan oleh pemerintah sebagai penentu utama kebijakan pendidikan tentunya harus memanggil para prajuritnya memerintahkannya kebawah untuk meneliti kekurangan dan kelebihan musuh utamanya kebodohan dan kemiskinan, prajurit tersebut harus menganalisa, melaporkan setiap detik perkembangan musuh, posisi musuh, dan sang jendralpun menganalisa, berdiskusi dengan para prajuritnya dan menentukan strategi yang harus dijalankan oleh para prajuritnya, dan prajuritnyapun penuh semangat bersatu padu dengan cucuran keringat yang ada berusaha memberangus penjajah dengan segala keprofesionalan mereka sebagaimana seorang guru.

BAD MOOD..

Bad Mood … apakah itu??? …terkadang kita mengalaminya, seringkali diawali dengan kejenuhan akan rutinitas yang tidak dapat kita hindari, dikala ada suatu hal yang harus kita selesaikan kemudian kita dilanda kebuntuan atau tidak mampu lagi untuk mencari solusi yang tepat , hambatan yang harus kita hadapi, naik turun mood kita adalah hal biasa, apa yang tidak biasa adalah cara kita MENYIKAPINYA..

Saat hidupmu sedang melakukan serangan balik, saat kawan, sahabat, atau orang terbaik dihidupmu menyurutkan langkahnya untukmu, atau saat dunia sedang tidak ramah pada dirimu, berpalinglah pada tiga cara berfikir utama yang membuatmu tetap mampu bertahan, di tengah badai, TAK PERLU MELAWAN, karena semua itu adalah kawan, JANGAN MENOLAK, sebab semuanya adalah PELAJARAN, Raih rengkuh dan peluklah, maka semuanya akan menjadi sekutu terbaik bagi dirimu sendiri..

POLA FIKIR PERTAMA: SEIMBANGKAN FIKIRANMU
Selalulah mengenali cara dan pola berfikirmu sendiri, ketahuilah bahwa otak dan fikiranmu punya dua cara kerja utama, ada yang bekerja dengan GAYA KIRI, dan ada yang bekerja dengan GAYA KANAN.

Cara kerja OTAK KIRI adalah BERTAHAN dan SURVIVE/keselamatan. Demi keamanan dan keterencanaan, demi masa depan dandemi tujuan, ia lebih dekat pada upaya menganalisa keadaan, ia pandai berhitung, pandai memilah milah secara ilmiah, ia kaku dan apa adanya.

Cara kerja OTAK KANAN adalah KEMAJUAN dan PROGRESS, demi kepuasan dan keterkendalian. Demi saat ini dan demi pencapaian. Ia lebih dekat pada upaya kreatif. Ia pandai menemukan , pandai menyesuaikan diri, ia fleksibel dan mampu mengadaptasi.

Kalau dilihat disini kita lebih terbiasa mengaktifkan otak KIRI sehingga kita lebih banyak bertahan dari pada menemukan, lebih banyak mengeluh dari pada upaya kreatif untuk menemukan jalankeluar, kenalilah dirimu, kalau sedang buntu aktifkan otak kanan, mulailah mencari jalan keluar lain jangan terus berfikir “semua cara sudah kutempuh” sebab masih banyak hal yang belum kita ketahui

SADAR INI
Otak KIRI mu mempertanyakan MENGAPA?
Otak KANAN mu bertanya- APA, SIAPA, KAPAN, BAGAIMANA, DIMANA?
Ketika BAD MOOD karena berbagai sebab, waspadai agar otakmu sering BERTANYA daripada mempertanyakan . MEMPERTANYAKAN akan jatuh pada KELUHAN dan BERTANYA akan LEBIH MEMBUKA JALAN

POLA FIKIR KEDUA : SEIMBANGKAN EMOSI/PERASAANMU
Otak kiri dan otak kananmu erat hubungannya dengan perasaan dan emosi

OTAK KIRImu berkaitan dengan RASA MAMPU BERTAHAN dan RASA KESELAMATAN, erat hubungannya dengan rasa aman dan rasa tetap berada di jalur kebenaran, erat hubungannya dengan rasa kejelasan tentang masa depan dan rasa mencapai tujuan.
OTAK KANANmu berkaitan dengan RASA MEMILIKI KEMAJUAN dan RASA MEMILIKI PENINGKATAN dalam berbagai tahapan kehidupan, erat kaitannya dengan rasa SELALU PUNYA JALAN dan SELALU PUNYA HARAPAN

Keseimbangan dalam emosi dan perasaan adalah bekal utama kedua untuk bertahan ditengah badai, jika BAD MOOD tercipta berarti pola fikirmu terlalu ke KIRI karena kamu “MERASA” tidak punya harapan, pudarnya segala impian, keputusasaan, dengan MENGGESER ke OTAK KANAN bila kita sedang BAD MOOD maka kita menemukan MAKNA disana, kita menemukan pelajaran dari pengalaman hidup, kita memiliki harapan hari esok masih ada, masih banyak orang yang mencintai kita, dan kita sadari bahwa dunia ini sangat luas dan penuh ceria dan harapan , penuh warna.

SADARI INI.
Apapun yang kamu kerjakan, termasuk yang sekarang membuatmu BAD MOOD, tujuan akhirnya adalah HAPPY. Jika sekarang sedang berkesusahan, untuk sementara kamu boleh mengambil jalan pintas kesana. BE HAPPY NOW!!, Itulah alas an, mengapa manusia menciptakan rekreasi dan refreshing

POLA FIKIR KETIGA: KEEP MOVING ON teruslah bergerak/beraktifitas

Dengan dua pola berfikir terpenting diatas, kamu selalu punya peluang untuk tetap bergerak.
Tanpa nya, kamu akan selalu berjalan ditempat dan merasa tidak kemana-mana.

Dengannya, kamu mestinya tetap bergerak dengan kreatif. Jika tidak maka kamu sudah selayaknya menimbang-nimbang ulang keseimbanganmu, baik didalam fikiran maupun di dalam perasaan

Dengan terus beraktifitas/bergerak (keep moving), kamu akan tetap berjalan, tetap beraktifitas
Dan dengan keseimbangannya , kamu akan selalu berjalan kearah yang benar
Jika kamu sudah terlatih dan terbiasa dengan tiga pola berfikir ini, kamu sudah berhasil menyeimbangkan fikiran dan perasaanmu, maka dapat dipastikan kamu akan tetap sampai ke tujuan.

SADARI INI
Belajarlah untuk memisahkan rasa tidak enak di perut, di dada, dari kemampuanmu menjernihkan KEPALA. Tetaplah bergerak/beraktifitas, apapun yang kamu rasakan, ketahuilah bahwa BAD MOOD hanya berpengaruh jika kamu tetap diam. Jika kamu mulai TERLALU LAMA DIAM, maka Huku Newton, Hukum Kelembaman, salah satu hokum ilmu pasti yang paling kuat, akan mulai berlaku:
“Apa yang diam akan cenderung tetap diam, apa yang bergerak akan cenderung tetap bergerak”
Hal terburuk dari ketakutan dan BAD MOOD adalah menciptakan DIAM. Tetap diam, tidak membuat dirimu kemana mana, padahal tujuanmu !!, bukanlah tempatmu berdiri sekarang dan saat ini.
Keep moving!! Ingatkah bagaimana kamu mengikuti lomba gerak jalan? Bagaimana kamu menuju sekolah? Bagaimana kamu memperjuangkan impianmu? Keep moving my hero.. JUST DO YOUR BEST dan BERDOALAH

NILAI SESEORANG

cactus

Nilai seseorang pada saat dia menuntut ilmu adalah:
– Seberapa banyak nilai yang ia dapatkan
– Seberapa banyak materi yang dia fahami
– Seberapa jauh nalar yang dia tunjukkan
– Seberapa pandai dia dimata guru dan teman2nya
– Sebarapa bisa dia mengembangkan dirinya di sekolah dan di masyarakat
– Seberapa cerdas dia menentukan langkah dan memecahkan berbagai kesulitan ilmu
– Seberapa bisa dia memimpin dan mengajak teman-temannya kearah yang lebih produktif

Nilai seseorang pada saat dia harus memberikan ilmunya pada masyarakat
– Seberapa besar manfaat dia bagi masyarakat sekitarnya
– Seberapa banyak permasalahan yang dia pahami dalam masyarakat
– Seberapa jauh dia dapat membaca permasalahan di masyarakat sesuai dengan ilmunya
– Seberapa banyak solusi ilmu yang dia berikan pada masyarakat
– Seberapa bisa solusi ilmu yang dipakai oleh masyarakat
– Seberapa berani dia mengambil keputusan untuk kemaslahatan masyarakat
– Seberapa banyak orang yang mampu dia pimpin dan seberapa banyak goresan warna yang dia berikan untuk masyarakat ataupun dunia

Nilai seseorang pada saat dia menghadap ALLAH SWT
– Seberapa besar keikhlasan ilmu yang dia berikan pada masyarakat
– Seberapa ikhlas dia mencari permasalahan dimasyarakat untuk dipecahkan
– Seberapa ikhlas dia merenungi apa yang terjadi dalam diri dan masyarakat
– Seberapa ikhlas dia membaca permasalah dalam masyarakat dan mencari solusi denan ilmunya
– Seberapa ikhlas dia memberikan solusi ilmu yang ia kuasai kepada masyarakat
– Seberapa ikhlas dia berani merubah masyarakat kearah kearifan dan kebijaksanaan
– Seberapa ikhlas dia memberikan yang terbaik bagi masyarakatnya

PENDIDIKAN UNTUK INDONESIA

ipa 2

Pendidikan sebagai dasar pengembangan pribadi maupun akademis peserta didik, berperan juga sebagai tonggak masa depan sebuah negara, negara yang maju tentunya harus memiliki sumber daya manusia yang tidak hanya mampu bersaing dalam prestasi, ketrampilan yang diwujudkan dalam olimpiade sains, pekan olah raga, ataupun even serupa, yang kemudian lantas berhenti dalam penerimaan sebuah penghargaan atau sertifikat, yang digembar-gemborkan lewat media masa. Tetapi harus lebih dari itu. Upaya yang harus difikirkan adalah tindak lanjut dari sebuah prestasi, apakah mereka mau memanfaatkan untuk sekedar memperoleh penghasilan atau uang sebanyak-banyaknya, atau mereka memanfaatkan prestasi yang mereka peroleh untuk kemajuan kehidupan manusia, dengan prestasi yang mereka capai mestinya mereka bangga bahwa mereka diberikan kesempatan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk memberikan rahmatNya melalui tangan-tangan dan fikiran mereka kepada sebagian dari keseluruhan kehidupan dibumi ini. Dalam hal ini peran pendidikan adalah memberikan kepada mereka pola pikir atau paradigma dari ilmu pengetahuan yang mereka dapat sejak pertama mereka menginjakkan bangku sekolah, peran guru disini disamping sebagai penyampai informasi atau ilmu pengetahuan dan budaya juga sebagai ayah dari seorang anak didik agar mereka bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya atau bahkan negara atau dunia. Meninjau tingginya peran dan manfaat seperti diatas seyogyanya para pengendali kebijakan paham akan apa yang harus mereka lakukan dengan pendidikan di Indonesia. Sudah banyak kiranya para pemerhati yang mengkritisi, bahkan memberikan alternative solusi bagi pemerintah agar mereka memperbaiki pendidikan baik kurikulum, sampai dengan pengelolaan tenaga pendidik di Indonesia, tetapi sampai saat ini terkesan pemerintah masih tidak mau dikalahkan ataupu juga tidak mau disalahkan dengan anggapan tersebut, contohnya saja dengan perbaikan kurikulum, peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik, sampai perbaikan sarana prasarana sekolah. Kalau melihat kurikulum, kita semua yakin semua kurikulum itu adalah baik bagi peserta didik, lantas mestinya kita bertanya, mengapa SDM kita masih kalah jauh dengan SDM asing, mengapa dulu lebih banyak mahasiswa asing yang melanjutkan kuliahnya di beberapa perguruan tinggi terkenal di tanah air tetapi sekarang mengapa hal itu berkurang, juga mengapa pihak penanam modal asing atau bahkan dalam negeri juga belum begitu mempercayai SDM lokal mereka masih mau menerima SDM asing dengan alasan mereka lebih profesional, lebih disiplin, lebih berdedikasi, ataupun alasan alasan lain yang mungkin juga ada benarnya. Belum lagi pemerintah disibukkan demo para guru GTT yang tidak kunjung diangkat walaupun mereka mengabdi berpuluh-puluh tahun, berita-berita dimedia massa yang menggambarkan sarana gedung sekolah yang ambruk, tawuran antar pelajar yang sekarang bergeser tawuran antar mahasiswa atau perguruan tinggi yang dulu tidak pernah terjadi. Disini tampaknya bukan kesalahan kurikulum, ataupun kebijakan pemerintah, bahkan pula bukan kesalahan pengelola pendidikan sampai kepara pendidik yang menjadi ujung tombak dunia pendidikan, disini tampaknya ada semacam kesenjangan yang tampak antara pemerhati pendidikan dalam hal ini masyarakat yang peduli dengan pendidikan meskipun latar belakang mereka sama sekali bukan pendidikan, dengan para pengendali kebijakan pendidikan dipemerintahan, juga dengan para pelaku kebijakan dalam hal ini guru sebagai ujung tombak pendidikan keatas, dinas pendidikan kabupaten/kota, propinsi sampai kepada dirjen pendidikan di pemerintahan pusat. Kesenjangan disini ada pada titik temu dari berbagai macam komponen pendidikan diantaranya, 1. pemerhati pendidikan biasanya melihat dunia pendidikan sebagai dunia yang sangat penting, harus diutamakan, sebab masa depan sebuah negara terletak pada dunia pendidikan, tetapi mereka juga ingin segera memperoleh output dari dunia pendidikan, output ini bermanfaat bagi kepentingan mereka sendiri tentunya bermanfaat bagi kepentingan bisnis mereka, atau kegiatan sosial mereka, mestinya mereka sadar bahwa output pendidikan agar menghasilkan Sumber Daya Manusia yang professional dibidangnya harus melalui sebuah proses, dan proses tersebut mencakup keseluruhan, dimulai dasi pendidikan dasar yang dia lalui sampai dengan pendidikan keahlian professional yang dia tekuni di perguruan tinggi, proses ini mempengaruhi pola fikir, pola sikap yang termasuk akhlak dan kepribadian mereka, dan tidak lupa masyarakat dan lingkungan dimana subyek didik tinggal juga amat sangat mempengaruhi pola fikir dan pola sikap mereka juga jadi disini kalau misalnya SDM sebagai hasil dari proses pendidikan yang ternyata mereka kurang professional atau punya pola sikap yang kurang diminati oleh pemerhati pendidikan selama mereka menyumbangkan keprofesionalan mereka pada masyarakat, maka hal itu bukanlah kesalahan dari pendidikan sebagai lembaga yang telah mendidik mereka menjadi tenaga professional. 2. Para penyusun kebijakan melihat dunia pendidikan secara teoritis, banyak mereka menyadur pola kebijakan pendidikan dari negara luar kemudian mereka terapkan di Indonesia, atau kalau tidak, diadopsi dan disesuaikan dengan keadaan di Indonesia, banyak diantara mereka yang pandai dan inovator membuat kebijakan yang luarbiasa bagus untuk mereka terapkan dalam dunia pendidikan, kebijakan ini mereka wujudkan dalam bentuk kurikulum pendidikan, petunjuk pelaksanaan pendidikan peraturan pemerintah (permen), standarisasi pendidikan dan lain sebagainya dimana mereka cukup memberikan senjata ampuh yang harus diterapkan bagi pendidik dalam memberantas kebodohan dan kemiskinan, selanjutnya mereka menyerahkan kurikulum dan segara perangkatnya kepada para guru dengan harapan, setelah guru memperoleh senjata ampuh dari penyusun kebijakan, mereka berharap output pendidikan menghasilkan SDM yang mumpuni, sempurna, professional. Lantas setelah mereka mengetahui bahwa SDM yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan atau sekolah, tidak sesuai dengan yang mereka harapkan mereka membuat kebijakan lagi, yang terakhir ini dengan membuat kebijakan sertifikasi bagi tenaga pendidik agar lebih professional. Lantas jika SDM tidak sesuai dengan yang mereka harapkan itu semua bukan pula salah mereka pembuat kebijakan, karena dalam hierarki ketenagaan kebijakan dari atas harus dilaksanakan, kebawah, dan terus kebawah, kita tidak boleh mengajukan keberatan, bahkan terkesan pembuat kebijakan kurang paham akan permasalahan-permasalahn dasar dari pendidikan yang dialami oleh para guru, Karen bila mereka ingin merubah kurikulum, atau kebijakan lain pendidikan mereka langsung saja merubahnya, tanpa melibatkan guru dari berbagai macam latar belakang lingkungan pendidikan mereka. 3. Para pendidik sebagai ujung tombak dari keberhasilan mereka memberi warna kepada para subyek didik agar mereka menjadi tenaga yang professional, sekaligus mempunyai akhlak yang mulia dan kepribadian yang mulia pula, mereka melihat dunia pendidikan secara realsitis, karena pemikiran mereka membumi dan bersatu dengan para subyek didik, mereka berfikiran praktis, apa yang dapat mereka lakukan untuk para subyek didik mereka agar dapat menguasai materi yang diberikan, mereka sangat faham dengan pola fikir murid mereka sebagai subyek didik, sehingga bila diibaratkan warna, dari sabang sampai merauke, dari desa sampai kota warna mereka akan lain bahkan antara kota satu dengan kota yang lain sangat amat berbeda, kebutuhan merekapun berbeda, hal ini oleh pembuat kebijakan sudah diantisipasi dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). lantas pertanyaanya, apakah senjata yang diberikan kepada para guru untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan cukup ampuh untuk menghasilkan SDM yang kita idam-idamkan, bagaimana jika output pendidikan tidak ada perubahan yang signifikan, hal ini bukan pula murni kesalahan para guru, karena mereka terdiri dari berbagai macam latar belakang pendidikan, sosial, budaya, adat istiadat, sehingga kadang senjata ampuh yang mereka peroleh dari para pembuat kebijakan harus mereka modifikasi, harus mereka ubah, dan mereka sesuaikan dengan subyek didik. 4. Salah satu yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah sarana dan prasarana pendidikan, dalam hal ini bukan hanya fasilitas sekolah saja, cukup banyak sebetulnya hal-hal yang menyangkut sarana dan prasarana yang kadang diabaikan dalam strategi kita memperoleh tenaga SDM yang professional, misalnya jumlah sekolah, kebutuhan daerah akan sekolah yang disediakan bagi masyarakat yang haus akan pendidikan, seyogyanya ada semacam survey kebutuhan masyarakat dan daerah, sebelum mereka mendirikan sekolah, terutama didaerah. Jika kelima komponen ini dapat bertemu duduk dalam satu forum, lantas berdiskusi dengan satu tujuan untuk menghasilkan SDM yang professional, alangkah indahnya jika pemerintah pembuat kebijakan pendidikan sebagai seorang jendral yang harus menyusun starategi untuk melawan penjajahan yang berwujud kemiskinan dan kebodohan, memulai dari bawah, melakukan observasi, melibatkan para guru dari berbagai macam daerah dengan berbagai macam latar belakang sosial budaya, melibatkan masyarakat, mempelajari sarana dan prasarana daerah, kemudian dari berbagai macam kebutuhan daerah mereka membuat kebijakan yang benar benar divergen ( berbeda ) bukan seperti KTSP yang berlabel divergen tetapi kenyataannya terstandard dan homogeen